Latar Belakang
Seperti
yang telah kita ketahui bersama, obat merupakan salah satu penunjang sarana
kesehatan. Segala macam penyakit tidak dapat lepas begitu saja tanpa keberadaan
obat.Dengan penggunaan obat kita harus mengikuti aturan – aturan tertentu
karena obat dalam penggunaan yang digunakan dalam jumlah yang berlebihan dapat
meracuni sedangkan racun yang digunakan dalam jumlah sedikit justru dapat
menjadi obat bagi tubuh kita.Salah satu dari obat yang sudah sering
dipergunakan adalah uterotonik. Obat–obat uterotonika tidak pernah lepas dari
segala masalah kesehatan yang berhubungan dengan kehamilan dan
persalinan.Masalah kehamilan dan persalinan merupakan masalah yang riskan
karena sangat erat dengan keselamatan jiwa seseoramg sehingga ironis sekali
apabila terjadi kesalahan walau hanya sedikit saja. Hal–hal yang perlu
diketahui adalah mengenai nama obat, tujuan penggunaan, mekanisme kerja,
indikasi, kontra indikasi, efek samping, cara pemakaian serta dosis yang
digunakan.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui obat uterotonik
2.
Untuk mengetahui jenis – jenis obat
uterotonik
3.
Untuk mengetahui pengaruh terhadap penggunaan obat – obat uterotonik yang
meliputi pengertian, mekanisme kerja, indikasi, kontra indikasi, efek samping,
cara pemakaian serta dosis yang digunakan.
DEFINISI
Uterotonik
(oxytocic) merupakan obat-obatan yang mengandung ergonovine, ergometrine atau
oxytocin. Uterotonik adalah zat yang
meningkatkan kontraksi uterus. Uterotonik banyak digunakan untuk induksi,
penguatan persalinan, pencegahan serta penanganan perdarahan post partum,
pengendapan perdarahan akibat abortus inkompletikus dan penanganan aktif pada
Kala persalinan.Pemberian obat uterotonik adalah salah satu upaya untuk mengatasi pendarahan pasca persalinan
atau setelah lahirnya plasenta.Namun, pemberian obat ini sama sekali tidak
dibolehkan sebelum bayi lahir. Keuntungan pemberian uterotonika ini adalah
untuk mengurangi perdarahan kala III dan mempercepat lahirnya plasenta. Karena
itu, pemberian pencegahan dapat diberikan pada setiap persalinan atau bila ada
indikasi tertentu.
KLASIFIKASI
Uterotonik
yang bisa digunakan dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam:
macam,
yaitu :
1. Metergin, merupakan alkaloid ergot.
Mekanisme
/ cara kerja
Ø Mempengaruhi
otot uterus berkontraksi terus-menerus sehingga memperpendek kala III.
Ø Menstimulasi otot-otot polos terutama dari
pembuluh darah perifer dan rahim.
Ø Pembuluh darah mengalami vasokonstriksi
sehingga tekanan darah naik dan terjadi efek oksitosuk pada kandungan mature.
Indikasi
Ø Oksitosik
Ø Sebagai
stimultan uterus pada perdarahan paska persalinan atau paska abortus.
Efek samping
Ø Kontraksi
uterus
Kontraksi
dapat terjadi begitu kuat sehingga resiko retensio plasenta akan meningkat.
Keadaan ini disebabkan oleh kontraksi segmen bawah uterus yang terjadi
berurutan sehingga perlepasan plasenta terhalang.
Ø Diare
dan muntah
Kerja
metergin menyerupai kerja dopamin yang kerap kali menimbulkan mual dan muntah
pada 20-30 % ibu melahirkan.
Ø Penglihatan
kabur, sakit kepala, kejang, diare, hipotermi, nadi lemah dan cepat, bingung,
koma, meninggal.
Kontra indikasi
Ø Persalinan
kala I dan II.
Ø Hipersensitif.
Ø Penyakit
vascular.
Ø Penyakit
jantung parah.
Ø Fungsi
paru menurun.
Ø Fungsi
hati dan ginjal menurun.
Ø Hipertensi
yang parah.
Cara
pakai dan dosis
·
Cara pakai
Ø Oral
mulai
kerja setelah sepuluh menit.
Ø Injeksi
intravena
mulai kerja 40 detik.
Ø IM
mulai
kerja 7-8 menit. Hal ini lebih menguntungkan karena efek samping lebih sedikit.
• Dosis :
Ø Oral
0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari.
Ø IV
/ IM 0,2 mg , IM boleh diulang 24 jam bila perdarahan hebat.
2. Oksitosin
Pengertian
Oksitosin
merupakan hormone peptide yang disekresi oleh pituitary posterior yang
menyebabkan ejeksi air susu pada wanita dalam masa laktasi. Oksitosin diduga
berperan pada awal kelahiran.
Mekanisme
/ cara kerja
Bersama
dengan faktor-faktor lainnya oksitosin memainkan peranan yang sangat penting
dalam persalinan dan ejeksi ASI. Oksitosin bekerja pada reseptor oksitosik
untuk menyebabkan :
Ø Kontraksi
uterus pada kehamilan aterm yang terjadi lewat kerja langsung pada otot polos
maupun lewat peningkatan produksi prostaglandin.
Ø Konstriksi
pembuluh darah umbilicus.
Ø Kontraksi
sel-sel miopital ( refleks ejeksi ASI ).
Oksitosin bekerja pada reseptor hormon
antidiuretik ( ADH ). Untuk menyebabkan:
Ø Peningkatan
atau penurunan yang mendadak pada tekanan darah 9 diastolik karena terjadinya
vasodilatasi.
Ø Retensi
air.
Catatan : Oksitosin dan hormon anti
diuretic memiliki rumus bangun yang sangat mirip sehingga menjelaskan mengapa
fungsi kedua substansi ini saling tumpang tindih.
Ø Kerja
oksitosin yang lain meliputi : kontraksi tuba fallopi untuk membantu
pengangkutan sperma, luteolitis (involusi korpus luteum), peranan
neurotransmitter yang lain dalam system saraf pusat. Oksitosin disintesis dalam
hipotalamus, kelenjar gonad, plasenta dan uterus. Mulai dari usia kehamilan 32
minggu. Selanjutnya, konsentrasi oksitosin dan demikian pula aktifitas uterus
akan lebih tinggi pada malam harinya, (Hirst etal,1993).
Pelepasan
oksitosin endogenus ditingkatkan oleh :
Ø Persalinan.
Ø Stimulasi
serviks vagina atau payudara.
Ø Estrogen
yang beredar dalam darah.
Ø Peningkatan
osmolalitas / konsentrasi plasma.
Ø Volume
cairan yang rendah dalam sirkulasi darah.
Stres
Stres
dalam persalinan dapat memacu partus presipitatus yang dikenal dengan istilah
refleks ejeksi fetus. Stres yang disebabkan oleh tangisan bayi akan
menstimulasi produksi ASI. Pelepasan oksitosin disupresi oleh :
Ø Alcohol.
Ø Relaksin.
Ø Penurunan
osmolalitas plasma.
Ø Volume
cairan yang tinggi dalam sirkulasi darah (Graves, 1996).
Indikasi
Ø Oksitosik.
Ø Mengurangi
pembengkakan payudara.
Efek samping
Ø Spasme
uterus (pada dosis rendah).
Ø Hiper
stimulasi uterus 9 membahaykan janin : kerusakan jaringan lunak / rupture
uterus.
Ø Keracunan
cairan dan hiporatremia (pada dosis besar).
Ø Mula,
muntah, aritmia, anafilaksis, ruam kulit, aplasia plasenta, emboli amnion.
Ø Kontraksi pembuluh darah tali pusat.
Ø Kerja antidiuretik.
Ø Reaksi
hipersensitifitas.
Kontra
indikasi
Ø Kontraksi
uterus hipertonik.
Ø Distres
janin.
Ø Prematurisasi.
Ø Letak
hati tidak normal.
Ø Disporposi
sepalo pelvis.
Ø Predisposisi
lain untuk pecahnya rahim.
Ø Obstruksi
mekanik pada jalan lahir.
Ø Preeklamasi
atau penyakit kardiovaskuler atau pada ibu hamil yang berusia 35 tahun.
Ø Resistensi
dan mersia uterus.
Ø Uterus
yang starvasi.
Ø Gawat
janin.
Cara
pakai dan dosis
Ø Untuk
induksi persalinan intravena 1-4 m U/menit dinaikkan menjadi 5-20 m U /menit
sampai terjadi pola kontraksi secara fisiologis. Untuk perdarahan uteri pasca
partus, ditambahkan 10-40 unit pada 1 L dari 5 % dextrose, dan kecepatan infuse
dititrasi untuk mengawasi terjadinya atonia uterus.
Ø Kemungkinan
lain adalah, 10 unit dapat diberikan secara intramuskuler setelah lahirnya
plasenta. Untuk menginduksi pengaliran susu, satu tiupan ( puff ) disemprotkan
ke dalam tiap lubang hidung ibu dalam posisi duduk 2-3 menit sebelum menyusui.
3. Misoprostol
Pengertian
Misoprostol
adalah suatu analog prostaglandin Elsintetik yang menghambat sekresi asam
lambung dan menaikkan proteksi mukosa lambung.
Mekanisme
/ cara kerja
Ø Setelah
penggunaan oral misoprostol doabsorbsi secara ekstensif dan cepat
dide-esterifikasi menjadi obat aktif : asam misoprostol.
Ø Kadar puncak serum asam misoprostol diareduksi
jika misoprostol diminum bersama makanan.
Indikasi
Ø Oksitosik.
Ø Menstimulus
kontraksi uterus.
Efek samping
Ø Dapat
menyebabkan kontraksi uterin.
Ø Diare dilaporkan terjadi dalam 2 minggu pada
terapi inisiasi dalam 14-40% pasien dengan AINS yang menerima 800µg / hari.
Diare biasanya akan membaik dalam kurang lebih satu minggu terapi.
Wanita-wanita yang menggunakan misoprostol kadang-kadang mengalami gangguan
ginekologi termasuk kram atau perdarahan vaginal.
Kontra
indikasi
Ø Untuk
proteksi GI, misoprostol dikontraindikasikan pada kehamilan karena resiko
aborsi. Pasien-pasien harus diberitahu untuk tidak memberikan misoprostol
kepada orang lain. Pasien-pasien yang menerima terapi jangka lama AINS untuk
reumotoid arthritis, misoprostol 200µg qid lebih baik daripada antagonis
reseptor H2 atau sukralfat dalam mencegah gastric ulcer yang induksinya oleh
AINS. Walaupun demikian misoprostol tidak menghilangkan nyeri G1 atau rasa
tidak enak yang dihubungkan dengan penggunaan AINS.
Cara
pakai dan dosis
Ø Peroral
untuk proteksi GI selama terapi AINS : 200 µgqid. Diberikan bersama makanan,
jika dosis ini tidak ditilerir : 100µg qid dapat digunakan.
Ø Bentuk
sediaan : tablet 100,200µg. Misoprostol juga tersedia dalam kombinasi dengan
diklofenak
Referensi
•
Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi
Persalinan Oleh Harry Oxorn & William R. Forte
•
Bobak.Lowdermik.Jensen(1995).Buku
Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.Jakarta:Penerbit EGC.
• Hopfer,Judith Deglin,Pharmd.Hazand,April
Vallerand,Phd,RN(2004).Pedoman Obat untuk Perawat Edisi 4.Jakarta:Penerbit EGC.
·
Kee, Joyce L & Hayes, Evelyn R
(1993). Pharmacology : A nursing process approach (dr. Peter
·
Anugerah, pengalih bahasa.).Jakarta
: EGC, 1996
·
Purwanto, SL., Istiantoro, Yati.,
Kurnia, Yasavati., Sembiring, SU., Effendi, R., & kamil (1992).
·
Data obat di Indonesia edisi
8.Jakarta : PT Grafinda Jaya